Nilai sebuah NIAT

Nilai sebuah NIAT
Science yang sekali lagi membenarkan pandangan agama

Hari ini saya mendapatkan sebuah pencerahan mengenai pentingnya sebuah NIAT. Seorang teman yang kebetulan adalah seorang trainer bahasa, hari ini menceritakan kepada saya, bahwa ada sebuah penelitian yang cukup menarik.

Penelitiannya cukup sederhana dimana saat awal semester pada pertemuan pertama kuliah, sebuah kelas (kita sebut saja kelas X) diberi sebuah pertanyaan:

Apa yang ingin mereka dapat dengan mengikuti mata kuliah ini?

Tentu namanya mahasiswa banyak yang mengharapkan nilai A. Di kelas lain (kita sebut saja kelas Y), diberikan pertanyaan yang sama, namun ketika beberapa mahasiswa menjawab ingin mendapat nilai A, dosen mengharuskan mereka untuk mencari satu alasan lagi mengapa mereka mengikuti kuliah ini, apa peran kuliah ini bagi kesuksesan mereka.

Pada akhir semester, dibuatlah daftar mahasiswa yang mendapat nilai A dari kelas X dan kelas Y. Selang beberapa bulan kemudian, mahasiswa yang mendapat nilai A dari kedua kelas ini diberi ujian lagi dengan soal persis sama dengan soal ujian akhir mata kuliah tersebut.

Ternyata hasilnya luar biasa beda, mahasiswa kelas X ternyata memperoleh nilai yang rata-rata jauh lebih rendah dari kelas Y. Pertanyaannya mengapa?

Ya inilah otak kita, bekerja ternyata sesuai dengan niat kita. Ketika niat kita hanya ingin mendapat nilai A, begitu kita mendapat nilai A maka bagi otak tujuan kita telah tercapai dan otak secara otomatis mengatakan “Okay Bos, tujuan telah tercapai, data sudah tidak terpakai lagi, so let me erase them”.

Mendengar ini semua, langsung dalam hati ini teringat sebuah hadist yang sering saya dengar dari guru ngaji saya dulu “Semua amal ditentukan oleh niatnya”. Mungkin ini yang sebagian dimaksudkan oleh agama. Saya katakan sebagian karena pasti masih ada lagi makna lainnya, hanya saja mungkin masih perlu waktu bagi kita untuk menemukannya.

Pelajaran bagi diri saya adalah saya berniat tidak hanya ingin mendapatkan nilai IELTS yang cukup untuk masuk program PhD, tapi saya ingin lebih dari itu, saya ingin bisa berbicara bahasa inggris sebaik para native.

Bandung, 17 April 2013

About Rifqi Rokhman

M. Rifqi Rokhman, M.Sc., Apt. Dosen Fakultas Farmasi UGM
This entry was posted in Motivation and tagged , , , , . Bookmark the permalink.